Annapurna Circuit

Tempat dimana emosional teruji maksimal.
Dimana ego dikesampingkan.
Dimana kesabaran lebih banyak dituntut.
Dimana senyum tetap harus terkembang, meskipun hati menjerit.
Dimana kesakitan tetap harus dinikmati, meskipun lelah teramat sangat.
Dimana mimpi terbesar siap dilepas, asalkan selalu bersama-sama.

Terimakasih Asriel, Delly, Rima telah menjadi teman, sahabat, sekaligus keluarga yang awesome selama di Nepal . Ada banyak hal dan perbedaan yang harus kita satukan. Ada kebersamaan yang tercipta. Ada memori yang membekas di hati.


Kathmandu-Besishahar-Chame-Pisang-Manang-Shree Kharka-Tilicho Base Camp-Tilicho Lake-Yak Kharka-High Camp-Thorang La Pass-Mukhtinath-Jomsom-Pokhara-Kathmandu. Ini adalah itinerary yang kami susun bersama sebelum berangkat ke Nepal. Meskipun kenyataan nya berubah diperjalanan.

Day 1 Kathmandu
Namaste, welcome to Nepal.
Proses pengurusan Visa On Arrival berjalan sangat mudah, cepat dan lancar. Syarat untuk mendapatkan VOA yaitu mengisi form imigrasi, sedikan pasfoto 3x4 sebanyak 2 lembar, dan membayar biaya visa sebesar 25 USD (15 hari) atau 40 USD (30 hari). Lebih baik form visa di download dan diisi dari Indonesia.
Sambutan hangat petugas bandara dan imigrasi yang super ramah membuat saya merasa nyaman saat pertama kali menginjakan kaki di negara ini. Ada kejadian lucu saat saya menuju antrian VOA, oleh petugas saya diarahkan ke bagian imigrasi lokal. Rupanya saya dikira orang Nepal, your face like Nepali people kata si petugas bandara.

Setelah keluar bandara, taxi yang mengantarkan kami menuju Thamel sebuah kawasan turis di Kathmandu. Malam ini kami menginap di Hotel Yala Peak. Saya sangat merekomendasikan hotel ini karena berada di posisi strategis, mudah dicari, dan staff yang luar biasa seru serta informatif. Di sekitar hotel banyak terdapat toko yang menjual peralatan outdoor dengan kualitas ori yang harga nya jauh lebih murah dari di Indonesia. Tak punya peralatan trekking? Beli di Kathmandu saja.
Thamel

Day 2 Kathmandu-Besishahar
Jam 8 pagi kami menuju Tourism Office untuk pengurusan izin trekking (TIMS and ACAP). Dari hotel di Thamel cukup berjalan kaki 15-20 menit menuju Tourism Office. Pengurusan izin juga berjalan cepat dan mudah. Setelah mengisi formulir, kemudian membayar 2000 NPR untuk TIMS dan 2000 NPR untuk ACAP, jangan lupa sediakan pasfoto ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar. Setelah selesai pengurusan TIMS dan ACAP kami kembali ke hotel, check out dan menitip barang yang tidak dibawa trekking, kemudian menuju terminal untuk melanjutkan perjalanan ke Besishahar.
Dari Kathmandu ke Besishahar ditempuh selama 6 sampai 8 jam, tergantung tingkat kemacetan. Menginap di Besishahar suhunya masih bersahabat sekitar 15 sampai 18 derajat pada malam hari.

Day 3 Besishahar-Chame (2710 mdpl)
Karena menghemat waktu, maka naik jeep adalah pilihan yang tepat. Saya bisa memangkas waktu trekking selama 3 hari dari Besishahar ke Chame. Sangat mudah untuk menemukan jeep di Besishahar. Waktu yang ditempuh untuk mencapai Chame adalah 6 jam dengan kondisi jalan yang cukup berbahaya, namun pemandangannya indah. Melewati banyak desa dan air terjun. Di Chame saya menginap di Fullmoon Hotel. Di desa ini dinginnya sudah cukup berasa. Malam sampai pagi hari suhu berkisar dari 3 sampai -6 derajat.

Day 4 Chame (2710 mdpl)-Upper Pisang (3250 mdpl)-Bhraka (3450 mdpl)
Dengan alasan hemat waktu, saya lagi lagi memilih menggunakan jeep selama 1,5 jam menuju Upper Pisang. Dari Upper Pisang kemudian trekking selama 3,5 jam menuju Bhraka.
Kenapa tidak langsung naik jeep ke Bhraka? Agar memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi dengan suhu dan ketinggian.

Saya memulai trekking dari Upper Pisang. Dan 2 jam kemudian sampai di desa Humde (3300 mdpl). Di Humde kami makan siang, setelah itu melanjutkan perjalanan kurang lebih selama 1,5 jam menuju Bhraka. Pemandangan di Bhraka indah sekali, sebuah lembah dengan sungai mengalir dikelilingi puncak-puncak gunung es dan hewan-hewan ternak yang berkeliaran di hamparan padang rumput yang menguning. Seharusnya hari ini kami menginap di Manang, tetapi karena menurut informasi yang beredar bahwa hotel hotel di Manang sudah full, maka kami putuskan untuk menginap di Budha Hotel Bhraka. Benar saja tak lama setelah kami mendapatkan kamar, banyak trekker trekker lain yang dari Manang kembali turun ke Bhraka karena kehabisan kamar.

Day 5 Bhraka-Manang (3540 mdpl)
Tak ingin kehabisan kamar di Manang, pagi hari saya memutuskan untuk berlari ke Manang. Sementara 3 orang teman lainnya menunggu di Bhraka. 15 menit kemudian tiba di Manang dan langsung menuju Alpine Home yang merupakan penginapan impian saya. Dari dalam Alpine Home nampak beberapa trekker keluar dengan raut wajah kecewa karena tidak mendapatkan kamar. Beruntung saat itu saya bertemu dengan Mr Sonam yang merupakan pemilik dari Alpine Home. Namaste, lagi lagi saya dikira orang Nepal. No sir, i am from Indonesia.

Waktu itu hanya ada satu kamar yang tersedia untuk 2 orang, dan sebenarnya kamar itu untuk jatah para guide atau porter yang ingin mengajak tamu mereka menginap di sana. Namun beliau dengan berbaik hati memberikan kamar itu untuk saya, memperbolehkan kami menambah extra bed untuk mengisi kamar dengan jumlah 4 orang. It's my lucky day...
Alpine Home, Manang

Turun lagi ke Bhraka dan menjemput teman-teman untuk pindah ke Alpine Home Manang. Hari ini kami habiskan dengan leyeh-leyah, males malesan sambil menikmati proses aklimatisasi di Manang. Sementara saya mengisi waktu luang dengan berinteraksi dengan anak-anak kecil di sana yang kontur wajah mereka seperti orang-orang Tibet. Beautiful day...

Day 6 Manang-Shree Kharka (3900 mdpl)
Suhu dingin membuat  kami males bangun, alhasil memulai trekking jam  08.00 pagi. Selama 2 jam kami tempuh dari Manang menuju Khangsar dengan trek melewati lereng jurang dan jembatan gantung. Setelah melewati Khangsar rute trek lebih menanjak. Di trek ini  rasa lelah lebih terasa.  kami banyak berhenti beristirahat sepanjang trek Khangsar-Shree Kharka.

Saya memutuskan berjalan cepat untuk mengamankan bookingan hotel agar tidak kehabisan kamar di Shree Kharka. Sementara satu orang teman dari Lombok bertugas untuk sampai terlebih dahulu memesan makanan di salah satu restoran agar kami tidak telat makan siang.

40 menit sudah saya dan teman dari Lombok sampai di Shree Kharka, sementara 2 orang teman dari Jakarta dan Kapuas belum tiba juga. Ada perasaan tidak enak, maka saya putuskan untuk berlari lagi turun ke jalur trek.

Dan ternyata benar, teman saya dari Jakarta terlihat kelelahan. Saya bantu membawakan carier 65 liter nya menuju Shree Kharka. Lagi lagi dikira orang Nepal. Tetapi kali ini saya dikira porter. Hahaha...

Sejatinya rute Khangsar-Shree Kharka cuma ditempuh maksimal selama 1,5 jam. Namun 2 orang teman saya yang lain berhasil menyelesaikan trek ini selama 3 jam. menurut orang-orang di sana, itu adalah bukan waktu yang wajar.

FEELS SO SAD
"Mesin kapal berjam-jam mati terombang ambing di lautan berombak Wakatobi sampai seluruh isi perut keluar (muntah). Haluan longboat retak diterjang ganasnya ombak perairan di luar Wayag di Raja Ampat Utara, beruntung saat itu ada pulau, jika tidak maka mungkin saja longboat akan terbalik. Jatuh terpental dari motor saat touring di jalanan Danau Singkarak Sumatera Barat yang berkelok-kelok. Mobil terbalik di rute jalan trans Kalimantan sampai beberapa teman dilarikan ke rumah sakit. Saya masih bisa tegar, tak ada air mata yang menetes. Namun kali ini berbeda..."

Kami semua berkumpul di meja makan, menikmati santapan makan siang di Shree Kharka. Sementara kondisi teman saya dari Jakarta terlihat makin melemah.
Mungkin hanya kecapean, bawa istirahat saja biasanya sudah membaik. Kata salah seorang teman memberikan semangat saat dia berencana tidak melanjutkan perjalanan lagi. Dan diiyakan juga oleh teman yang lain.

Saya masih belum bisa berkata, sembari menikmati makanan sambil memperhatikan kondisi fisiknya.
Saat dia bilang kepalanya sakit disitu saya merasa ada sesuatu yang tidak beres dan saatnya berbicara.
Hmm baiklah, lakukan yang menurut kamu terbaik. Kalau memang harus berhenti di sini, maka berhentilah!!! Karena yang tahu benar kondisi fisik kamu adalah dirimu sendiri. Listen to your body. *sebuah kata-kata munafik yang keluar dari mulut saya. Berat mengucapkannya karena rasanya tak rela menyelesaikan perjalanan ini tanpa bersama-sama*

Saat sekali lagi dia meminta izin untuk berhenti menyudahi perjalanannya di Shree Kharka, di ketinggian 3900 mdpl. Dan menyemangati kami untuk terus berjuang menyelesaikan trek. Saat itu juga saya, kami hanya terdiam menelan ludah, tertunduk, dan yang ditahan tak bisa terbendung, air mata menetes ke pipi. Sekarang saya merasa lemah, tak sekuat biasanya.

ACUTE MOUNTAIN SICKNESS (AMS)
Sakit kepala yang diderita teman saya bukan lah sakit kepala biasa. Dia terserang Acute Mountain Sickness (AMS). Suatu penyakit akan reaksi tubuh terhadap ketinggian. AMS akan sangat berbahaya bahkan menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. Seseorang yang terserang AMS harus turun ke tempat yang lebih rendah.
Dan kembali ke Manang adalah solusi terbaik, karena di sana terdapat dokter serta fasilitas yang lebih lengkap dari pada desa-desa lain di jalur trek Annapurna Circuit.

Seorang porter telah siap membawakan carrier dan mengantarkan teman saya sampai ke Khangsar. Dari Khangsar nanti perjalanan dilanjutkan menggunakan motor menuju Manang.

Sore itu di depan Tilicho Hotel Shree Kharka dengan berat hati kami melepas kepergian seorang teman kembali ke Manang. Rasanya tak karuan, sebuah pelukan hangat saya berikan sebagai penyemangat. Namun tetap saja lagi lagi air mata tak sanggup ditahan.

TRAIL RUNNING IN HIMALAYAS
Membiarkan teman dalam keadaan sakit seorang diri di tempat dengan suhu extrim adalah bukan keputusan yang tepat.

Jujur semenjak kepergian satu teman yang sakit ke Manang, perasaan kami semakin kurang nyaman. Khawatir itu pasti!!! Dan ingin rasanya menyusul kembali ke Manang bersama-sama. Namun kondisi kami semua juga kurang maksimal untuk melakukan itu. Setelah kurang lebih 30 menit berdiskusi, dan belum ada juga solusi terbaik, maka saya memberanikan diri, menawarkan diri untuk turun sendirian ke Manang.

Bagaimana caranya? Hari sudah semakin sore dan kondisi di gunung juga lebih cepat gelap. Berlari, itu adalah cara terbaik turun ke Manang secara cepat. Agak susah membuat dua orang teman untuk mengizinkan saya melakukan hal itu seorang diri. Namun setelah saya yakinkan, dan kondisi fisik saya juga masih terbilang fit pada saat itu, maka akhirnya berhasil juga mendapatkan restu dari mereka.

Berbekal sebuah daypack berisi dokumen penting (paspor, trekking permits), uang, sleeping bag, headlamp, dan air mineral maka saya turun ke Manang. Kurang lebih saat itu jam menunjukkan pukul 16.10, sementara suhu menurut data di smartphone saya menunjukan angka -4 derajat celcius. Suhu yang cukup dingin, namun jika dibawa berlari akan jadi lebih hangat.

Memang sebelumnya juga saya sempat berlari dari Bhraka ke Manang dan dari Shree Kharka ke jalur trek saat menjemput teman yang belum sampai, tetapi itu hanya dengan jarak yang dekat dan kondisi trek juga rame oleh trekker lain. Tak pernah terbayangkan sebelum nya bahwa saya akan berlari seorang diri menggunakan sepatu trekking di Pegunungan Himalaya, di ketinggian 3900 mdpl, di suhu -4 derajat celcius.

Dari Shree Kharka menuju Khangsar saya masih berpapasan dengan beberapa trekker yang rata-rata mereka menyudahi trek dengan menginap di Khangsar. Di Khangsar saya mencoba mencari tahu tentang kondisi terakhir teman saya saat dia tiba di khangsar dengan bertanya kepada penduduk lokal. Beruntung saya bertemu dengan seorang ibu yang ternyata suaminya lah yang mengantarkan teman saya tersebut dengan motor menuju Manang. Dia menceritakan kondisi teman saya dan berbaik hati menghubungi handphone suaminya. Tak berapa lama kemudian menyerahkan handphone tersebut ke saya, your friend wanna talk with you....

By phone;
Friend : Dit aku udah di dokter, udah dikasih obat juga, dan sekarang kondisi ku sudah jauh lebih baik. Jadi pliss jangan ke Manang ya. Kamu kembali ke Shree Kharka.
Me : *diam berpikir* Yakin kamu udah lebih baikan?
Friend : Iya, pliss jangan ke Manang. Jangan tinggalin mereka berdua di Shree Kharka.
Me : Oke aku balik, jaga diri kamu baik-baik ya

Meskipun dilarang, toh nyatanya saya tetap melanjutkan perjalanan.

Hari semakin sore, yang saya pikirkan saat itu adalah berlari secepat mungkin dan sampai ke Manang sebelum gelap. Melewati Khangsar tak ada satu trekker pun yang saya temui. Saya benar-benar berada di jalur trek seorang diri. Agak sedikit takut, tetapi saya harus menyelesaikan ini agar tidak ada yang sia-sia.

Kejadian yang kurang mengenakkan saya alami saat berlari, jalur trek yang dilewati kurang familiar. Padahal baru pagi tadi saya melewati trek Manang-Khangsar, tak mungkin kondisi trek berubah secepat ini. Oh NO saya sesat!!! Sadar akan itu maka saya kembali memutar arah naik ke jalan menanjak sampai akhirnya menemukan jalan kecil disebuah pertigaan. Tanda biru putih yang melekat di batu membuat saya yakin untuk mengambil jalan kecil itu, karena jalanan dengan tanda tersebut merupakan  jalan untuk jalur trekker.

Lepas melewati jembatan gantung selama hampir 15 menit saya hanya bisa berjalan cepat, karena trek nya menyisir dinding tebing dengan jurang di bawahnya. Sangat berbahaya jika saya berlari. Dan 10 menit sebelum sampai Manang saya bertemu 3 orang trekker dari Rusia. Uhhh senang rasanya bisa menemukan trekker lain, dan kami berjalan bersama-sama. Finally sampai Manang, Horray!!!
"Sumpah rasanya sampai Manang saat sudah menjelang gelap itu, sama rasanya seperti menyelesaikan Full Marathon 1 detik sebelum cut-off time berakhir".

WE LOVE YOU BRO
Sampai Manang saya langsung menuju sebuah kedai roti dan memesan segelas hot lemon tea untuk menghangatkan tubuh. Tujuan nongkrong sebenarnya sih ingin mendapatkan wifi agar bisa menghubungi teman-teman.
Wifi connecting, dan begitu membuka line ada sekitar 80an pesan masuk dari teman saya yang belum terbaca. Semantara 2 orang teman yang stay di Shree Kharka masih belum ada kabar, karena memang wifi di Shree Kharka tidak terlalu bagus.

Line Group
Friend : ayo dong please jangan balik
              Waduh please anyone answer my phone.
              Hey kalian.
              Gimana.
              Waduh kalian jangan ga ada kabar gini dong.
              Hallloooo.
              Adiiit.
              bla bla bla bla......Please kabarin.
              Siapa ini yang read???
Me ; Im in Manang
Friend ; Damn!!!
Friend ; bla bla bla......
              Adiiit hate you brooo
             *emot kecewa*
Me ; We love you bro

Tak beberapa lama kemudian, akhirnya kami bertemu. Hmm lega rasanya... Dan malam ini saya harus benar-benar memastikan bahwa kondisinya benar-benar baik. Good night.
LINE Group

Day 7 Shree Kharka-Tilicho Base Camp (4.150 mdpl)
Besok harinya setelah mengantarkan teman saya ke tempat jeep untuk turun ke Besishahar, saya melanjutkan perjalanan ke Shree Kharka dan bertemu lagi dengan dua orang teman yang lain. Setelah dua jam berisitirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Tilicho Base Camp.

Memulai trekking dari ketinggian di atas 4000mdpl rasanya susah sekali bernafas. Tiap hari tubuh harus menyesuaikan lagi dengan suhu dan sebagainya. Butuh kurang lebih sekitar 1 jam kami untuk menyesuaikan diri bernafas dan berjalan normal. Langkah kaki juga terasa lebih berat, dan harus sampai tujuan sebelum gelap.

Trek dari Shree Kharka menuju Tilicho Base Camp cukup berbahaya melalui Land Slide Area. Jalur trek melalui lereng gunung dengan material kerikil yang mudah longsor. Sementara di bawahnya terdapat jurang ratusan meter dengan dasar sungai yang sebagian membeku. Tak salah kalau jalur ini mendapat julukan sebagai dangerous trail in the world.

Di tengah perjalanan kami bertemu dengan perempuan solo trekker dari malaysia dan berjalan bersama-sama. 4 jam kemudian tiba di Tilicho Base Camp. Selama dua malam kami menghabiskan waktu di sana.
Land Slide Area


Day 8 Tilicho Base Camp-Tilicho Lake (4919 mdpl)-Tilicho Base Camp
Rata-rata para trekker memulai trekking dari jam 5 subuh. Tetapi kami baru memulai trekking pada jam 8 pagi. Selama 4 jam kami tempuh untuk sampai ke Tilicho Lake. Jalur trek menuju Tilicho Lake cukup panjang dan melelahkan. Begitu sampai atas gunung kita harus masih berjalan dengan trek yang lumayan panjang. Beruntung saja pemandangan nya indah.
jalur trek menuju Tilicho lake


Tilicho Lake 4919 mdpl


Day 9 Tilicho Base Camp-Manang
Perjalanan turun dari Tilicho Base Camp tidak seberat saat berangkat. Begitu sampai lagi di Shree Kharka kami meutuskan untuk istirahat dan makan siang. Hmm masih teringat rasanya hari itu ketika seorang terserang AMS di tempat ini. Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan menuju Yak Kharka.


DIFFICULT CHOISE
Kami baru setengah jalan meninggalkan Shree Kharka, namun teman dari Lombok nampak sangat kelelahan. Bisa jadi pengaruh trekking dari Tilicho Lake kemaren masih terasa. Sepanjang jalan kami sering berhenti buat beristirahat. Dan ternyata benar, fisiknya sudah tidak terlalu fit lagi. Dia sakit!!! Rasanya tak mungkin untuk melanjutkan perjalanan ke Yak Kharka-High Camp-Thorang La Pass diketinggian 5416 mdpl.

Sebuah pilihan yang sulit harus saya putuskan, karena teman dari Kapuas mempercayakan keputusan kepada saya. Pilihannya antara kami harus berpisah, saya dan teman dari Kapuas tetap lanjut menyelesaikan trek, dan teman dari Lombok turun ke Manang bersama teman dari Malaysia karena memang teman dari Malaysia tersebut cuma target sampai ke Tilicho Lake saja dan targetnya telah tercapai.

Sebenarnya sangat berat untuk mengambil keputusan ini, namun pilihan terbaik adalah kembali turun ke Manang bersama-sama. Hari ini saya merelakan keinginan terbesar untuk tidak menyelesaikan trek mengelilingi gunung Annapurna Masif. Melanggar janji saya kepada teman  dari Kapuas untuk mengantarkannya ke titik tertinggi Thorang La Pass. Mengorbankan mimpi kami berdua bersama-sama. *Teringat betapa susahnya mengumpulkan waktu libur 18 hari,menabung, serta segala persiapan yang dilakukan sebelum berangkat*

HYPOTHERMIA
Malam hari di Manang kami lalui seperti malam-malam biasanya. Nongkrong sambil ngobrol di dekat tungku penghangat ruangan di restoran adalah aktivitas favorite kami saat malam hari. Hari itu kami menutup malam dengan sebuah kemenangan setelah berhasil mengalahkan trekker dari Iceland saat bermain UNO.

Tengah malam, teman saya dari Lombok menunjukan gerak gerik yang tidak biasanya. Dia tiba tiba bangun dan seperti kehilangan akal sehat ingin membuka pakaian meski sedang kedinginan. Susah bernafas alasannya. Saya langsung bisa menebak bahwa dia terserang Hipotermia, suatu kondisi darurat medis di mana tubuh tidak sanggup mengembalikan suhu panas tubuh karena suhunya terlalu cepat turun.

Langsung saja saya bantu membuka pakaiannya, melilit tubuhnya dengan 2 buah thermal blanket, melapisinya dengan jaket tebal, kemudian menutupinya lagi dengan 2 buah sleeping bag dan selimut tebal. Mencoba melakukan hal yang bisa mengubah perhatiannya dari fokus susah bernafas sampai kondisinya benar-benar membaik. Sementara teman dari Kapuas dan Malaysia masih belum saya izinkan mendekat agar tersisa banyak ruang untuknya bernafas. Teman-teman lain baru saya izinkan mandekat jika kemungkinan terburuk saya tidak bisa menanganinya seorang diri. Satu jam kemudian kondisinya sudah normal kembali. Hmm malam itu untuk pertama kalinya saya merelakan tidur tanpa sleeping bag...

Day 10 Manang-Besishahar-Pokhara
Selama 8 jam kami tempuh menggunakan jeep dari Manang menuju Besishahar dengan perjalanan mulus tanpa hambatan. Sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Dari Besisahar kami kemudian charter mobil untuk melanjutkan perjalanan langsung ke Pokhara selama 2 jam. Karena bus untuk menuju Pokhara baru ada besok hari jam 8 pagi.

HAPPY ENDING
Jam 20.30 kami tiba di Pokhara, dan langsung menuju hotel yang sudah di pesan oleh teman dari Jakarta yang sudah terlebih dahulu beberapa hari stay di sana. Tiba di hotel dan diantarkan oleh bellboy menuju kamar, akhirnya kami bertemu lagi! Setelah apa yang dialami beberapa hari terakhir, rasanya senang sekali kami berempat bisa berkumpul lagi dan menikmati sisa-sisa hari di Nepal bersama-sama dalam keadaan sehat.
seru-seruan paragliding di Pokhara


"Karena sebenarnya ada hal yang lebih penting daripada hanya sekedar terbawa ego menggapai mimpi..."

BUDGET
Visa On Arrival 30 hari 40 USD = 520.000 IDR
Taxi Bandara-Thamel 700 NPR (91.000 IDR) ; 4 orang = 22.750 IDR
Hotel Yala Peak Thamel 230.000 IDR : 3 orang = 76.700 IDR
TIMS and ACAP 4000 NPR = 520.000 IDR
Taxi Thamel-Micro Bus stasiun 500 NPR ; 4 orang = 16.250 IDR
Micro Bus Kathmandu-Besishahar + extra bag 2600 NPR ; 4 orang = 84.500 IDR
Hotel Besishahar 1100 NPR ; 4 orang = 35.750 IDR
Jeep Besishahar-Chame 2000 NPR = 260.000 IDR
Hotel di Chame (Fullmoon Hotel) 500 NPR ; 4 orang = 16.250 IDR
Jeep Chame-Pisang 2000 NPR = 260.000 IDR
Hotel Bhraka (Budha Hotel) 400 NPR ; 4 orang = 13.000 IDR
Hotel Manang (Alpine Home) 600 NPR ; 4 orang = 19.500
Hotel Sheera kharka (New Tilicho) 500 NPR ; 4 orang = 16.250 IDR
Hotel Tilicho Base Camp (New Tilicho Hotel) 800 NPR x 2 malam ; 4 orang = 52.000 IDR
Hotel Manang (Alpine Home) Alhamdulillah dikasi gratis sama owner nya
Jeep Manang-Besishahar 3000 NPR (duduk di belakang) = 390.000 IDR
Charter minibus Besishahar-Pokhara 7000 NPR ; 6 orang = 151.700 IDR
Hotel Pokhara 2 malam (Da Yatra Hotel) 250.000 IDR
Taxi hotel-terminal Pokhara 250 NPR ; 4 orang = 8.125 IDR
Tourist Bus (booking via hotel) 1000 NPR = 130.000 IDR

TOTAL 2.842.775 IDR

#Nepal #AnnapurnaCircuit #Annapurna #BackpackingNepal


21 komentar:

  1. keceeeeee badaaaaiii...dan ini racun super yang bakal bikin aku susah tidur di malam hari mulai dari malam ini. kece banget Dit! suka banget dibagian susul teman yang lagi sakit, aku ngerasain sendiri payahnya aku pas naik gunung trus dikawal sama teman yg setia menemani. top banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah meluangkan waktu baca curhatan aku mpok. Hahaha...
      Jangan lupa minum pil tidur ya, biar tidurnya lelap....

      Hapus
  2. #baca baik-baik. hayati. camkan. berdoa.
    kali aja bisa ke sana juga. amiin

    BalasHapus
  3. Kereeeeeeeennnnn bangeeeettttt.....
    Mauuuuuuuuuuu.....
    Anyway, makasiii uda mau diribetin titipan khas Nepal....
    Sehat teruss kakakkk, one day antar aq ksana yaaa ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih ris.
      Shopping adalah cara sempurna untuk membunuh sisa waktu yang banyak di hari2 terakhir di nepal. Wkakkaa..
      Okay, sehat juga buat kamu

      Hapus
  4. I Love You Kak AdittttttπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    BalasHapus
  5. Adiiiiiiii

    Love it ceritanya. Super iriii krn aku pas kesana ngga naik ke atas. Tapi kalau baca sakit sakitnya,ams, hipotermia, aku jg khawatir aku yg paling duluan sakit diantara teman teman trekker. Hehehe...syukurlahhh kalian semua sehat kembali sampai di Pokhara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak mas.
      Haduh untuk hipo dan ams kita tidak bisa menduga, bisa terserang ke siapa saja. Yang terlihat kuat kadang belum tentu luput dari penyakit itu, dan berlaku untuk kebalikannya. Percaya diri saja, sudah harus siap dengan segala sesuatu kemungkinan terburuknya. Hee

      Hapus
  6. Keren pake banget πŸ‘πŸ‘ ..

    BalasHapus
  7. Abaaaaang kereeeen daah aah..makasiih yaaa share nyaaa. Baang thn depan dibulan okt-nov doong buat kesini lagi. Insyaa Allah aku ikuut. Impianku ke Kathmandu..hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bang, ke kathmandu aja ya? gak trekking ke himalaya. xixixixi

      Hapus
  8. Gak bosen bacanya... Jadi pengin kesana...

    BalasHapus
  9. Kerennn bangeddd dit..
    Mantap perempuan kapuas 😘

    BalasHapus