Akhirnya Sampai Juga Di WAKATOBI

Jika ingin melihat surga maka pergilah ke WAKATOBI. Lho apa hubungannya surga dan WAKATOBI? Yang pasti jika ada tempat yang mengklaim dirinya surga itulah WAKATOBI. Wajar saja karena WAKATOBI menyimpan keindahan baik di daratan maupun bawah lautnya. WAKATOBI merupakan sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara dan juga singkatan dari empat pulau besar yaitu Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Untuk mencapai surga tidaklah mudah. Butuh perjalanan panjang!!! Tetapi semua itu terbayarkan ketika kita sudah sampai di sana.
welcome to wakatobi national park
Perjalanan saya dimulai dari kota Banjarmasin-Surabaya (pesawat 45 menit)-Makassar (pesawat 60 menit)-Bau Bau (kapal PELNI 19 jam)-Wangi Wangi (kapal kayu 9 jam).
tiba di pelabuhan pulau wangi wangi
Pagi-pagi sekali saat matahari terbit saya keluar ke bagian depan kapal. Dari kejauhan gugusan pulau besar sudah mulai terlihat. Itulah pulau Wangi Wangi tujuan pertama saya di WAKATOBI. Laut yang tadinya berwarna biru gelap perlahan-lahan berubah warna menjadi biru muda dan hijau toska, padahal jarak dengan daratan masih 30 menit lagi. Selagi asyik-asyiknya mengobrol dengan penduduk setempat, tiba tiba dibagian pinggir kapal melompat-lompat segerombolan hewan laut yang mengikuti kapal. Itulah lumba-lumba si mamalia laut yang cerdas dan menggemaskan. Sayang sekali pada saat itu kamera saya sedang kehabisan baterai. Maka moment itupun tak sempat diabadikan.

Pulau Wangi Wangi
Inilah pulau pertama yang saya kunjungi di WAKATOBI. Dan inilah pulau satu satunya di WAKATOBI yang memiliki bandara. Di Pulau Wangi Wangi saya tinggal di tempat seorang teman yang saya kenal di kota Bau Bau. Setelah membersihkan badan dan beristirahat sebentar saya langsung saja berjalan jalan untuk mengitari pulau ini. Hari ini saya mengunjungi perkampungan suku bajau mola, snorkeling di spot core map waha, dan pantai cemara yang indah. Malam harinya saya berjalan kaki ke pasar malam dan berkunjung ke beberapa toko souvenir yang menjual berbagai macam baju kaos dan pernak pernik bertuliskan WAKATOBI. 
perkampungan suku bajau
Keesokan harinya , pagi hari bersama teman saya diajak berkeliling mengitari bagian pulau Wangi Wangi lainnya. Melewati beberapa perkampungan dengan jalan menanjak akhirnya saya tiba di benteng. Setelah puas berada di benteng yang lokasinya di atas bukit saya kemudian kembali ke pelabuhan mola untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau Kaledupa. Selama perjalan balik saya mampir ke pemandian umum dan pantai pesisir yang sepi wisatawan. 
pemandian umum
di pantai pesisir pulau wangi wangi

Pulau Kaledupa
Pukul 10.00 kapal kayu yang menuju pulau Kaledupa berangkat. Perjalanan dari Pulau Wangi Wangi ke pulau Kaledupa memakan waktu kurang lebih 2 jam. Tujuan utama saya di pulau ini adalah pulau Hoga. Pulau Hoga merupakan sebuah pulau kecil yang berjarak 15 menit dari pulau Kaledupa. Untuk mencapai pulau Hoga kita bisa sewa perahu warga setempat dengan biaya Rp.50.000,-. 
pulau hoga dari kejauhan
Pada saat saya datang ke sana, pulau Hoga dalam kondisi terbaiknya. Air laut yang tenang nyaris tanpa gelombang, cuaca cerah, serta pantai yang bersih dengan pasir putihnya, ditambah gradasi warna air laut yang indah. Maka tak heran pulau Hoga adalah salah satu tempat yang membuat saya ingin kembali ke WAKATOBI lagi. Selain itu pulau Hoga juga merupakan spot snorkeling dan diving favorit wisatawan karena pemandangan bawah lautnya sangat indah seperti spot spot lainnya yang banyak terdapat di kawasan WAKATOBI. Di pulau ini juga kata petugas resort setiap tahun nya ratusan pelajar dan peneliti asing berkumpul untuk melakukan penelitian bawah laut WAKATOBI yang masih sangat alami. Bukan acungan jempol kalau selama ini WAKATOBI terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Hal itu benar adanya, karena saya sudah membuktikannya.
saya di pulau hoga

saya di pulau hoga lagi

lagi lagi saya di pulau hoga

Pagi hari pulau Hoga begitu tenang. Gradasi warna merah bercampur kuning dari matahari terbit memantul di atas permukaan air laut sebening Kristal. Di bibir pantai beberapa burung laut bercengkrama dengan bebasnya. Sementara di kejauhan nampak terlihat rombongan nelayan suku bajau yang pulang sehabis mencari ikan. Dari kemaren sampai pagi ini nyaris tak saya dengar bunyi ombak. Saat itu di pulau Hoga cuma ada 3 orang wisatawan yaitu saya, teman saya, dan satu orang lagi wisatawan asing asal eropa.
suku bajau pulang sehabis mencari ikan
Karena keterbatasan waktu untuk mengejar kapal yang menuju pulau Tomia maka saya segera bergegas menyeberang kembali ke pulau Kaledupa. Ternyata pelabuhan tempat bersandarnya kapal ke pulau Tomia berbeda dengan pelabuhan pada saat saya datang kemaren. Untuk mencapai pelabuhan tersebut kita harus menggunakan jasa ojek dengan biaya Rp.30.000,- dengan waktu tempuh pejalanan selama 20-25 menit.
Sesampainya di pelabuhan ternyata hari ini tidak ada kapal yang berangkat ke pulau Tomia. Oleh masyarakat setempat saya disarankan ikut kapal yang berangkat dengan tujuan pulau Binongko. Di tengah perjalanan saya turun di pulau Tomia. Inilah repotnya berkunjung ke WAKATOBI karena jadwal kapal antar pulaunya tidak pasti berangkat setiap hari.

Pulau Tomia
Perjalanan dari pulau Kaledupa menuju pulau Tomia memakan waktu kurang lebih selama 2,5 jam. Di pulau inilah geliat pariwisata WAKATOBI lebih terlihat. Di salah satu pulau yang bernama Onemoba’a berdiri sebuah resort kelas premium. Bagi wisatawan seperti saya yang berkantong pas pas an, Onemoba’a hanya bisa dinikmati dari jauh saja. Saking exlusive nya resort tersebut sampai-sampai area lautnya pun diberi pembatas dan keindahan bawah lautnya mungkin hanya boleh dinikmati oleh mereka yang menginap di resort tersebut saja. 
resort di onemoba'a
Hari pertama di Tomia saya lagi lagi mengunjungi benteng bekas peninggalan kerajaan buton, kemudian menjelang sore menikmati pemandangan pulau Tomia dari atas bukit Kahiangan yang pernah digunakan sebagai lokasi syuting film The Mirror Never Lies. Dari atas bukit savanna ini terlihat jelas pulau pulau kecil yang ada di sekitar pulau Tomia. Bukit ini juga banyak digunakan masyarakat sekitar sebagai tempat bersantai menunggu matahari tenggelam. Malam harinya saya berkunjung ke pasar malam Napoleon yang banyak menjual jajanan tradisional WAKATOBI. Dan sehabis isya bersama teman yang asli orang pulau Tomia saya diajak menyisir pantai mencari bulu babi dan teripang untuk dikonsumsi. 
bukit kahiangan
kue tradisional di pasar malam napoleon
Pagi telah tiba, dan ini merupakan hari terakhir saya di WAKATOBI. Pagi ini sebelum meninggalkan pulau Tomia saya pergi ke pantai di dekat spot snorkeling marimabuk dan menghabiskan waktu dengan snorkeling sampai puas. Karang yang ada di sini lebih dominan karang keras dengan bentuk yang bermacam-macam bahkan ada yang menyerupai bunga mawar raksasa. Ikan nya yang banyak, bintang lautnya yang juga banyak, bahkan juga ada kuda laut, dan lain lain. Membuat saya jatuh cinta dengan pemandangan bawah laut di WAKATOBI.
terumbu karang dari atas permukaan laut
"saya lagi snorkeling"     foto by: borneo walker
See U Again WAKATOBI
Perjalanan mengarungi laut dari pulau Tomia menuju kota Bau Bau memakan waktu selama kurang lebih 9 jam. Di kapal kayu ini saya menghabiskan waktu lebih banyak tidur dan beristirahat karena kelelahan sehabis aktifas snorkeling pagi tadi. Sampai akhirnya tak terasa kapal sudah merapat di kota Bau Bau.
perjalanan pulang di kapl kayu tomia-bau bau
Sungguh di luar dugaan kapal tujuan ke Makassar ternyata berangkat lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Dan akhirnya saya ketinggalan kapal bersama beberapa warga lainnya. Beruntung travel agent tempat saya membeli tiket kapal tadi bersedia mengembalikan uang dan membantu mencarikan harga penerbangan murah dari Bau Bau ke Makassar.
Suasana di bandara kota Bau Bau sepi sekali. Hanya terlihat 6 orang penumpang warga lokal yang berada di ruang tunggu keberangkatan pesawat tujuan ke Makassar . Saya sempat berpikir apakah jarang ada wisatawan yang berkunjung ke WAKATOBI? Sewaktu di WAKATOBI kemaren pun saya hanya berpapasan dengan beberapa orang wisatawan saja. Sangat disayangkan padahal WAKATOBI adalah salah satu destinasi wisata bawah laut terindah di dunia. 

Akhirnya pesawat express air yang dari tadi ditunggu sudah tiba. Pesawat ini hanya transit sebentar di Bau Bau setelah sebelumnya menjemput penumpang di pulau Wangi Wangi. Begitu saya masuk ke dalam pesawat alangkah terkejutnya saya karena ternyata di dalam penumpangnya di penuhi oleh wisatawan asing. Dari yang saya lihat rata rata mereka berasal dari Negara Jepang. Rasanya kunjungan saya kali ini masih belum puas menikmati keindahan WAKATOBI. Masih banyak tempat yang belum saya kunjungi di WAKATOBI. Suatu saat saya harus kembali lagi, see you again WAKATOBI….
see u again wakatobi
 Informasi transportasi:
-Makassar - Bau Bau (kapal PELNI) Rp.150.000,-
-Bau Bau – WAKATOBI (Kapal Kayu) Rp.80.000,- - Rp.120.000,-
-antar pulau di WAKATOBI (Kapal Kayu) Rp.50.000,-
-Makassar – Bau Bau (Pesawat Express Air, Lion Air) harga mulai Rp.350.000,-
-Makassar – Wangi Wangi (Pesawat Express Air, Lion Air) harga mulai Rp.450.000,-
-Bau Bau – Wangi Wangi (Pesawat Express Air, Lion Air) harga mulai Rp.300.000,-





4 komentar:

  1. beud, kecenya wakatobi....
    pantainya biru dan pasirnya putih...

    http://travellingaddict.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Ah ngilerrrrrrr, mudah2an april 2014 bisa mengikuti jejak mu masbro hahaha Bismillah

    BalasHapus