PUlau Sempu (JaTim), Pulau Persahabatan Nan Damai

Jumat 04 juni 2010, subuh itu udara kota Malang masih terasa sangat dingin. Alarm di hanphone berbunyi menunjukan pukul 04.30WIB. Sebenarnya males sekali bangun pagi ini bukan karena mengantuk tapi karena udara yang sangat dingin. Dari masjid terdekat juga sudah terdengar suara azan subuh berkumandang. Ku lihat teman ku yang tidur di samping juga sudah bangun bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Aku pun juga bergegas ke luar kamar kos menuju tempat wudhu yang ada di kos teman ku ini.
Setelah selesai sholat subuh kami masing-masing mengecek ulang perlengkapan dan keperluan yang sudah disiapkan tadi malam. Hari ini kami akan berangkat ke Pulau Sempu, Malang Selatan-Jawa Timur. Rencana yang sudah lama ku atur jauh-jauh hari dari Banjarmasin kota tempat ku berdomisili.
Berbekal informasi dari hasil browsing internet yang aku dapatkan, bersama dua orang teman ku dengan menggunakan dua buah motor maka berangkatlah kami. Udara di luar masih sangat dingin. Jalanan kota malang juga masih sepi. Motor terus melaju ke arah bagian selatan malang sambil melihat plang papan nama penunjuk jalan serta sesekali bertanya kepada warga sekitar untuk memastikan arah yang kami tuju apakah sudah benar . Semakin menuju ke arah selatan udara semakin dingin padahal matahari pagi sudah semakin bersinar. Sepanjang perjalanan hanya kabut yang aku lihat.
Sekarang jam menunjukan pukul 07.00WIB itu artinya sudah 1,5jam perjalanan kami. Ku lihat di salah satu sepanduk yang terdapat di pinggir jalan tertulis nama dusun sumber manjing. Ya,, sekarang kami sedang berada di dusun sumber manjing. Di sinilah kami memutuskan untuk sarapan pagi. Dusun ini sangat sepi di pagi hari. Tak banyak warung makan yang buka. Akhirnya setelah tak beberapa lama memasuki daerah sumber manjing kami menemukan sebuah warung yang buka. Lokasinya sangat nyaman berada di antara pohon-pohon besar yang rimbun. Sebelum memasuki warung tak lupa foto-foto narsis dulu dipinggir jalan (maklum naluri model). Hahaha….
Segera saja kami mampir ke warung itu dan memarkir motor. Nampak seorang ibu-ibu tua sederhana menghampiri dan berbicara dengan menggunakan bahasa jawa. Aku sedikit mengerti dengan apa yang beliau bicarakan namun lebih banyak tidak mengertinya!!!hee….
Banyak menu yang ditawarkan di warung sederhana ini. Rendang daging jawa dan sayur tahu tempe dengan buncis dan santan menarik perhatian ku. Ditambah segelas teh hangat begitu nikmat rasanya sarapan pagi ini. hmm,,,,nyumi…….
suasana depan warung dan sarapan pagi



Perut sudah terisi saatnya melanjutkan perjalanan. Kabut sudah mulai menipis dan pemandangan persawahan di kiri kanan jalan dengan gunung-gunung di sekitarnya begitu indah.
Sekarang jalan yang kami lewati berliku-liku menanjak dan menurun melewati perbukitan sampai akhirnya tibalah kami di dusun sendang biru tempat terakhir sebelum melanjutkan perjalanan menyeberang ke pulau sempu.
Dusun Sendang Biru merupakan sebuah perkampungan nelayan. Memasuki kawasan sendang biru dikenakan biaya tarif masuk bagi pengunjung yang ingin berkemah sebesar Rp.5000,- di posko penjagaan pintu masuk yang terdapat di sana.
Dari bibir pantai sendang biru sudah kulihat dengan jelas pulau sempu yang terdapat di seberang. Tak sabar ingin rasanya segera menyeberang ke sana. Namun untuk memasuki kawasan pulau sempu tidak bisa sembarangan. Mengingat sebenarnya pulau sempu merupakan kawasan cagar alam maka untuk memasukinya kita harus melapor dahulu dan mengisi data untuk surat perizinan di kantor pengawasan cagar alam yang terdapat di sendang biru (menurut informasi sekarang untuk mendapatkan surat perizinan masuk pulau sempu harus diperoleh pada kantor dinas kehutanan/cagar alam yang terdapat di Surabaya). Surat perizinan sudah kami dapatkan. Dari warga sekitar kami disarankan ke rumah bu mamik untuk selanjutnya mencarter perahu buat menyeberang ke pulau sempu. Bu Mamik adalah warga sendang biru yang juga merupakan kordinator perahu untuk kegiatan wisata dan sebagainya di kawasan sendang biru. Rumah bu mamik tidak terlalu susah dicari. Jaraknya sekitar 100meter dari pantai utama sendang biru. Biaya carter perahu dari sendang biru menuju pulau sempu harganya adalah Rp.100.000,- untuk antar jemput. Setelah menyerahkan uang carter perahu dan menitip motor di rumah bu mamik akhirnya kami diantar bu mamik ke pantai sendang biru untuk kemudian naik perahu menuju pulau sempu.
Perahu yang kami naiki merupakan perahu nelayan tradisional yang dapat diisi penumpang 10 orang. Mesin sudah dihidupkan dan saatnya perahu meluncur ke pulau sempu. Waktu yang ditempuh dari sendang biru menuju pulau sempu sekitar 10menit. Tak terasa tiba-tiba sudah sampai di teluk semut pintu gerbang masuk di pulau sempu. Oh My GOD sebentar lagi mimpi ku menjadi kenyataan!!! 
@perahu menyeberang ke pulau sempu
Sebenarnya teman ngetrip ku kali ini Olie dan Sultan adalah teman-teman baru yang ku kenal lewat situs jejaring sosial. Kami kopi darat di kota malang kemudian ngetrip bareng ke pulau sempu. 
bersama olie dan sultan (awal mula persahabatan)
Ternyata di teluk semut terdapat dua buah jalan. Kami sempat bingung, untungnya bertemu rombongan yang baru keluar habis camping di dalam pulau sempu. Dari merekalah informasi tambahan mengenai rute menuju laguna segara anakan didapatkan lagi. Akhirnya jalan yang berada di sebelah kanan yang kami pilih sesuai dengan informasi yang barusan didapat tadi.
Baru beberapa meter memasuki hutan pulau sempu kesusahan sudah kami dapatkan. Jalannya becek penuh lumpur sampai-sampai sandal jepit yang dikenakan harus rela dilepas dari kaki. Sudah tak terhitung berapa kali jatuh terpeleset di lumpur gara gara kondisi jalan yang licin. Rupanya harus membutuhkan tenaga extra untuk mencapai laguna segara anakan. Bukan cuma lumpur yang mendominasi jalan di dalam hutan tropis ini tetapi juga akar pohon besar, karang karang, dan pohon tumbang ditambah tanjakan dan turunan. Berjalan tanpa alas kaki ditambah membawa perlengkapan camping yang tentunya tidaklah ringan sangat menguras tenaga dan cukup menyiksa. Untungnya selama trekking di dalam pulau sempu kami di hibur suara burung dan monyet monyet liar. 
jalur trekking di dalam pulau sempu
Tak tanggung tanggung sudah empat jam kami berjalan di dalam pulau yang sangat asing ini. Sayup sayup terdengar suara deburan ombak pertanda laguna segara anakan sudah dekat.
Benar saja dari balik dedaunan laguna segara anakan sudah berdiri angkuh dengan eloknya seolah olah ingin memamerkan pesona yang dimilikinya. Memandangnya mengobati rasa lelah atas perjalanan jauh dengan medan berat tadi. Nampak di hadapan ku disajikan pemandangan indah yang menyegarkan mata. Hamparan pasir putih, air laut jernih berwarna toska, serta tebing tebing karang membentang yang mengelilinginya.
laguna segara anakan
Juga sesekali terlihat ombak besar yang masuk melalui celah karang yang bolong. Tanpa aba aba aku langsung menceburkan diri ke dalam laguna exotis ini. Airnya sangat segar!!!
ombak besar yang masuk melalui karang bolong
Setelah bermain air penasaran ku beranikan diri naik ke tebing karang yang terdapat di sana. Dari atas tebing karang dapat disaksikan betapa dahsyatnya ombak laut samudera hindia yang memecah karang serta dari puncak juga dapat dilihat dua buah pemandangan yang berbeda yaitu laguna segara anakan yang tenang dan samudera hindia yang ganas. Luar biasa….
tanda bahaya dan ombak besar samudera hindia
samudera hindia dan laguna segara anakan dari atas tebing
laguna segara anakan dari atas tebing
Malam telah tiba dan pemandangan di segara anakan pun gelap gulita. Suasana di sana hening sekali cuma suara beberapa ekor monyet dan satwa malam yang terdengar. Dan tentunya suara deburan ombak samudera hindia juga terdengar. Ku lihat ke langit nampak begitu banyak bintang yang bersinar. Damai betul suasana malam ini…
Malam semakin larut, api unggun pun juga mulai redup. Saatnya tidur istirahat mengumpulkan tenaga buat perjalanan pulang esok hari.
Pagi ini yang membangunkan tidur ku bukanlah suara ayam yang berkokok melainkan suara ombak yang terdengar keras masuk melalui celah karang yang bolong. Rupanya air sedang pasang dan suplay air di laguna segara anakan mulai terisi lagi. Udara benar benar segar bebas dari polusi. Pagi ini aku hanya ingin memandang segara anakan duduk di pinggir laguna di atas pasirnya yang putih bersih. Benar benar ku nikmati suasana ini!!! Pagi yang indah…
pagi di segara anakan
Setelah selesai membuat sarapan pagi kami segera membereskan semua perlengkapan termasuk tenda. Sampah yang dihasilkan dan yang berserakan di sekitar laguna dikumpulkan kemudian dibakar. Meskipun letak laguna segara anakan susah di jangkau dan tak adanya aktifitas atau pembangunan di pulau ini namun tetap saja tak lepas dari sampah. Ironis memang!!! Ada saja tangan tangan yang tak bertanggung jawab mengotorinya. 
Tak terasa sekarang jam sudah menunjukan pukul 10.00 WIB. Saatnya kami meninggalkan laguna segara anakan. Berat rasanya meninggalkan tempat exotis nan damai ini. Aku berharap waktu tak datang begitu cepat!!!
laguna exotis
Kini saatnya menghadapi jalur trekking menyiksa seperti pada saat datang kemaren. Lagi lagi jatuh dan terperosok lumpur. Persediaan air mineral hanya tinggal satu botol. Inilah permasalahan terberat yang kami hadapi. Trekking berjam jam dengan kondisi jalur susah seperti ini hanya membawa satu botol air mineral yang harus dibagi orang bertiga. Pembagian air mineral harus benar benar adil. Air mineral adalah barang berharga di dalam pulau sempu. Wajar karena di dalam pulau ini sangat susah mencari sumber air tawar apalagi mencari warung atau pedagang asongan yg menjual air mineral (karena memang tidak ada).
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan rombongan lain yang akan camping menuju laguna segara anakan. Nampak terlihat wajah lelah di antara mereka dengan pakaian yang penuh lumpur persis seperti keadaan kami. Setelah berkenalan dan mengobrol sebentar akhirnya mereka memberikan satu botol persediaan air mineral kepada kami. Mungkin mereka iba melihat kondisi kami waktu itu. Satu hal yang ku rasakan di dalam pulau sempu semua seperti saudara. Meskipun tak saling kenal namun rasa solidaritas di antara sesama petualang terasa begitu kental.
Akhirnya setelah berpamitan kami melanjutkan perjalanan karena mengejar waktu jemputan perahu di teluk semut tempat dimana kami turun kemaren.
Sial diperjalan aku sempat berpapasan dengan seekor ular. Alhasil setelah kejadian itu aku menjadi phobia. Langkah kaki semakin cepat dan akhirnya tiba juga di teluk semut. Rupanya perjumpaan ku dengan ular tadi membawa hikmah. Waktu yang seharusnya dibutuhkan empat jam menuju teluk semut dapat ditempuh selama tiga jam. Hehehe….
Perahu jemputan sudah datang dan saatnya meninggalkan pulau sempu. Meninggalkan banyak kenangan dan berbagai cerita. “Ada persahabatan yang ku temukan di sini”. Selamat tinggal pulau sempu semoga berjumpa lagi. Ingin suatu saat aku kembali ke sini lagi……
semoga bisa kembali ke pulau sempu lagi


5 komentar:

  1. KERENN..tapi gak di baca artikelnyaa ..cuman liatin gambar ajah ..hahahahah

    BalasHapus
  2. hohohoooo nice story...
    itulah dunia backpack
    karena misi yg sama jadi ya timbul cemistry n serasa senasib...
    salam backpack

    BalasHapus
  3. @Juon : hahaha,, dibaca atuh akang biar pinter kayak saya..wkakakaa

    @dofont : yoa bro,, salam backpack

    @iman : terimakasih gan : )

    BalasHapus
  4. heheheeh sempu emang yahud... terutama lumpurnyaaa gann.. wkwkkwk 2x ane ke sini dan sempat muaaaalaaasssss dengan lumpurnya,,, tapi begitu sampai... tadaaaaaaaa..... renang, berjemur, merokok, denger musik... terus diulang2 sampai tidak bosan :D

    BalasHapus